MEREKA adalah anak atau individu yang memiliki cara atau gaya belajar yang berbeda (learning differences). Pada awalnya dipakai istilah learning disability atau ketidak-mampuan belajar. Sebuah istilah yang dinilai semena-mena dan member! konotasi negatif, seolah-olah mereka adalah anak-anak yang tidak memiliki masa depan dan tidak mampu belajar dengan baik.
Dalam perkembangannya, penggunaan istilah learning disability menjadi tidak populer dan tidak pernah digunakan lagi. Kini lebih sering digunakan istilah yang lebih manusiawi, learning differences, yang dalam bahasa Indonesia diartikan"Perbedaan cara belajar". Istilah lain yang sering digunakan adalah anak dengan kebutuhan khusus (children with special needs).
Anak LD adalah anak yang memiliki disfungsi minimum otak (DMO), sehingga menyebabkan tercampuraduknya sinyal-sinyal di antara indera dan otaknya, termasuk di dalamnya mereka yang memiliki gangguan konsentrasi dan hiperaktivitas (ADD dan ADHD). Jelasnya, anak LD adalah individu yang memiliki kecerdasan normal bahkan di atas normal, namun memiliki masalah dalam pemrosesan di otaknya ketika menerima stimulasi melalui indera. Karena masalah yang dialaminya, sering ditemukan perbedaan yang nyata antara hasil tes IQ dengan prestasi akademiknya di sekolah.
Anak LD biasanya tampil kurang dewasa dibanding anak lain yang seusia. LD cenderung mempengaruhi koordinasi fisik dan perkembangan emosional mereka. Kebanyakan anak LD juga sulit mengenali hal-hal yang memungkinkan manusia mampu berfungsi dengan tepat dalam situasi sosial, akibatnya anak LD terlihat seperti mempunyai kebiasaan sosial yang berbeda sehingga sulit diterima oleh anggota masyarakat di sekitarnya.
Mereka memang memiliki masalah di dalam dirinya yang kadang-kadang mem-buat masyarakat di lingkungannya merasa terganggu. Akibatnya, kehadirannya ditolak, bahkan tidak jarang memperoleh stigma negatif, misalnya bodoh, nakal, jahat, troublemaker, dan lain-lain.
Untuk memahami mereka, barangkali kita bisa menganalogikan dengan seseorang yang sedang belajar bahasa asing. Sebelum faham benar, sudah dipaksa untuk menerjemahkan. Anak LD selalu"menerjemahkan" sesuatu ke dalam "bahasa" yang bisa diterima dan dimengerti oleh otaknya.
Anak LD adalah anak yang memiliki disfungsi minimum otak (DMO), sehingga menyebabkan tercampuraduknya sinyal-sinyal di antara indera dan otaknya, termasuk di dalamnya mereka yang memiliki gangguan konsentrasi dan hiperaktivitas (ADD dan ADHD). Jelasnya, anak LD adalah individu yang memiliki kecerdasan normal bahkan di atas normal, namun memiliki masalah dalam pemrosesan di otaknya ketika menerima stimulasi melalui indera. Karena masalah yang dialaminya, sering ditemukan perbedaan yang nyata antara hasil tes IQ dengan prestasi akademiknya di sekolah.
Anak LD biasanya tampil kurang dewasa dibanding anak lain yang seusia. LD cenderung mempengaruhi koordinasi fisik dan perkembangan emosional mereka. Kebanyakan anak LD juga sulit mengenali hal-hal yang memungkinkan manusia mampu berfungsi dengan tepat dalam situasi sosial, akibatnya anak LD terlihat seperti mempunyai kebiasaan sosial yang berbeda sehingga sulit diterima oleh anggota masyarakat di sekitarnya.
Mereka memang memiliki masalah di dalam dirinya yang kadang-kadang mem-buat masyarakat di lingkungannya merasa terganggu. Akibatnya, kehadirannya ditolak, bahkan tidak jarang memperoleh stigma negatif, misalnya bodoh, nakal, jahat, troublemaker, dan lain-lain.
Untuk memahami mereka, barangkali kita bisa menganalogikan dengan seseorang yang sedang belajar bahasa asing. Sebelum faham benar, sudah dipaksa untuk menerjemahkan. Anak LD selalu"menerjemahkan" sesuatu ke dalam "bahasa" yang bisa diterima dan dimengerti oleh otaknya.
0 komentar:
Posting Komentar