Minggu, 25 April 2010

CEREBRAL PALSY (CP)


Cerebral palsy (CP) disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak yang mengontrol gerakan otot. Ketika sel-sel otak mati, sinyal tidak dapat dikirim ke sel otot. Sejumlah faktor dapat menyebabkan kerusakan sel otak. Ini termasuk kekurangan oksigen (asfiksia), infeksi, trauma (shock), malnutrisi (pola makan yang buruk), obat-obatan atau bahan kimia lain, atau perdarahan (pecah pembuluh darah). Dalam kebanyakan kasus, adalah mustahil untuk menemukan penyebab yang tepat untuk setiap orang seseorang CP. Lahir prematur dianggap sebagai salah satu faktor penting dan umum. Kebanyakan peneliti sekarang percaya bahwa kerusakan sel otak terjadi sebelum kelahiran. Kerusakan ini juga bertanggung jawab untuk kondisi lain yang cenderung terjadi bersama dengan CP.

Ataxia:
Sebuah kondisi di mana keseimbangan dan koordinasi telah mengalami penurunan nilai.

Athetonia:
kondisi yang ditandai dengan lambat, memutar, gerakan otot paksa.

Attention-deficit/hyperactivityDisorder:
Sebuah gangguan perilaku ditandai oleh tidak perhatian, tingkat tinggi kegiatan, dan perilaku impulsif.

Contracture:
Pemendekan otot.

Diplegia:

Kelumpuhan pada lengan dan kaki pada satu sisi tubuh.

Distonia:
Kehilangan kemampuan untuk mengontrol pergerakan otot rinci.

Hemiplegia:
Kelumpuhan satu sisi tubuh.

Hypotonia:
Sebuah kondisi di mana otot-otot menjadi floppy dan kurang kuat.

Quadriplegia:
Kelumpuhan kedua lengan dan kedua kaki.

Kejang:
Sebuah kondisi di mana otot-otot yang kaku, postur mungkin abnormal, dan kontrol otot dapat terganggu.

Asfiksia dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai masalah. Pertama, sistem peredaran darah tidak dapat mengembangkan normal sebelum kelahiran. Asfiksia mungkin terjadi selama proses kelahiran, namun asfiksia saat lahir biasanya menunjukkan bahwa bayi baru lahir memiliki masalah neurologis lainnya. Asfiksia setelah lahir dapat disebabkan oleh tersedak, paparan terhadap racun (seperti karbon monoksida), atau tenggelam dekat.

otak seorang anak juga dapat rusak sebelum lahir oleh infeksi diakuisisi oleh ibu. Infeksi ini termasuk rubella (campak Jerman; lihat entri rubella), toksoplasmosis (infeksi darah), cytomegalovirus (virus yang menyebabkan herpes; diucapkan SIE-tuh-MEG-eh-lo-VIE-rus), dan HIV (virus yang menyebabkan AIDS, lihat entri AIDS). Dua jenis infeksi otak, ensefalitis (lihat entri ensefalitis) dan meningitis (lihat entri meningitis), juga bisa menyebabkan CP pada bayi.

trauma fisik (shock) bagi ibu hamil atau janin dapat menyebabkan kerusakan otak yang mengarah ke CP. Trauma dapat disebabkan oleh kecelakaan mobil, kekerasan gemetar, atau kekerasan fisik. Malnutrisi dan menggunakan obat oleh ibu juga dapat menyebabkan kerusakan otak.


Sumber : happyhornets13.wikispaces

Rabu, 21 April 2010

FISIOTERAPI PADA EMFISEMA



Banyak orang dapat mencapai umur tua dengan kesehatan baik, tetapi jalan kehidupannya sering disertai oleh berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit usia lanjut adalah emfi- sema yang sering disertai bronkhitis menahun atau penyakit infeksi lain. Penyakit ini adalah suatu penyakit menahun yang prosesnya progresif, kebanyakan diderita oleh orang setengah umur atau lebih; lebih sering pada laki-laki. Pada pemeriksaan klinis, penderita nampak cemas, tegang, mudah lelah dan batuk-batuk (berlendir dan tanpa lendir), napas pendek dangkal dan terengah-engah, sehingga dapat mengganggu aktifitas sehari-hari penderita.

ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAPASAN
Jalan pernapasan yang menghantarkan udara ke paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkhiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara disaring, dihangatkan dan di- lembabkan. Laring terdiri dari satu cincin tulang rawan yang di- hubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trakea, disebut glotis yang merupakan pemisah antara saluran pernapasan atas dan bawah.



Trakea disokong oleh cincin tulang bronkus trakeobron- khial. Tempat percabangan trakea menjadi cabang utama bronkus kiri dan kanan dinamakan karina yang banyak mengandung saraf dan dapat menyebabkan bronkhospasme bila saraf tersebut rusak. Bronkus terdiri dari dua, yaitu bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya bronkus kiri lebih panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan trakea dengan sudut yang lebih lancip. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronkus Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang disebut bronkhiolus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Di luar bronkhiolus terminalis terdapat asinus yang me- rupakan unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkhiolus rerpiratorius yang memiliki kantong udara kecil atau alveoli yang berasal dari dinding mereka. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru. Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terdapat dalam rongga dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang mengandung jantung dan pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Arteri pulmonalis dan darah arteria bronkhiolus, bron- kus, saraf dan pembuluh limphe masuk pada setiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru. Paru kanan lebih besar dari pada paru kiri, dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris; paru kiri dibagi menjadi dua lobus, yang terbagi lagi atas beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkhus. Suplai darah ke paru-paru bersumber dari arteria bron- khialis dan arteria pulmonalis. Sirkulasi bronkhial menyedia- kan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru. Arteria pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuran ke paru-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalarn pertukaran gas. Jalinan kapiler paru halus yang mengitari dan menutupi alveolus merupakan kontak yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian di- kembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri yang kemudian membagikannya kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik. Dasar mekanika pernapasan dari rongga dada adalah inspirasi dan ekspirasi yang digerakkan oleh otot-otot per- napasan. Ketika dada membesar karena aksi otot-otot inspirasi, maka kedua paru mengembang mengikuti gerakan dinding dada. Dengan mengembangnya dada, udara masuk melalu saluran pernapasan ke alveoli. Pengembangan rongga dada menyebabkan saluran udara lebih lebar, sehingga lebih banyak udara yang masuk ke alveoli. Pada waktu otot-otot inspirasi rileks, maka ekspirasi mengambil alih; penurunan volume rongga dada bersama- sama dengan recoil jaringan elastis kedua paru menghasilkan pengeluaran udara. Otot-otot yang bekerja pada inspirasi normal adalah otot diafragma dan eksternal intercostal. Pengajaran pernapasan terutama tergantung pada kontrol gerakan iga dan pernapasan ditekankan pada tempat iga yang bergerak dari daerah paru yang mengisap udara. Pada prinsipnya gerakan dinding dada dibagi tiga bagian yang pola gerakannya berbeda-beda, yakni:
Dinding dada bagian atas dan sternum mempunyai gerakan ke atas dan ke depan pada inspirasi dan kembali ke posisi semula pada ekspirasi, Dinding dada bagian tengah mempunyai gerakan ke samping dan ke depan pada inspirasi dan kembali ke posisi semula pada ekspirasi dan Dinding dada bagian bawah mempunyai gerakan ke samping dan terangkat selama inspirasi dan kembali ke posisi semula pada ekspirasi.

PATOFISIOLOGI EMFISEMA
Emfisema adalah gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara (alveolus) dalam paru-paru disertai destruksi jaringan . Ada tiga faktor yang memegang peran dalam timbulnya emfisema yaitu :
Kelainan radang bronchus dan bronchiolus yang sering disebabkan oleh asap rokok, debu industri. Radang peribron- chiolus disertai fibrosis menyebabkan iskhemia dan parut sehingga memperluas dinding bronchioles. Kelainan atrofik yang meliputi pengurangan jaringan elastik dan gangguan aliran darah; hal ini sering dijumpai pada proses menjadi tua. Obstruksi inkomplit yang menyebabkan gangguan pertukaran udara; hal ini dapat disebabkan oleh perubahan dinding bronchiolus akibat bertambahnya makrophag pada penderita yang banyak merokok. Insiden emfisema meningkat dengan disertai bertambah- nya umur.

Ada dua bentuk emfisema yaitu :
1. Sentrilobular ditandai oleh kerusakan pada saluran napas bronkhial yaitu pembengkakan, peradangan dan penebalan dinding bronkhioli. Perubahan ini umumnya ter- dapat pada bagian paru atas. Emfisema jenis ini biasanya bersama-sama dengan pe- nyakit bronkhitis menahun, sehingga fungsi paru hilang perlahan-lahan atau cepat tetapi progresif dan banyak meng- hasilkan sekret yang kental.
2. Emfisema Panlobular berupa pembesaran yang bersifat merusak dari distal alveoli ke terminal bronkhiale. Pem- bendungan jalan udara secara individual disebabkan oleh hilangnya elastisitas recoil dari paru atau radial traction pada bronkhioli. Ketika menghisap udara (inhale), jalan udara ter- ulur membuka, maka kedua paru yang elastis itu membesar; dan selama menghembuskan udara (ekshalasi) jalan udara me- nyempit karena turunnya daya penguluran dari kedua paru itu. Pada penderita emfisema panlobular, elastisitas parunya telah menurun karena robekan dan kerusakan dinding se- keliling alveoli sehingga pada waktu menghembuskan udara keluar, bronkhiolus mudah kolaps. Akibatnya fungsi pertukar- an gas pada kedua paru tidak efektif. Dalam klinis penyakit emfisema dan bronkhitis menahun tidak jarang terdapat bersama-sama, dan bila sendiri-sendiri sukar dibedakan satu sama lain; kedua penyakit tersebut mempunyai tanda khas yang menyolok yaitu penurunan fungsi pernapasan akibat bendungan total bronkhus bronkhiolus, sehingga penyakit ini disebut COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) atau COLD (Chronic Obstructive Lung Disease).


PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi ini mengikuti prosedur fisioterapi yaitu :

1) Pemeriksaan fisioterapi yang terdiri atas :
• Anamnesis Umum : Identitas penderita ,
• Anamnesis Khusus : Keluhan utama, lokasi keluhan utama, ciri/bentuk keluhan utama, berapa lama keluhan terjadi, hambatan gerak, jumlah produksi sputum keluar dalam sehari, posisi saat serangan timbul serta riwayat perjalanan penyakit.
• Inspeksi statis dan dinamis : melihat bentuk tubuh pasien, bentuk thoraks, pola pernapasan, gerakan thoraks serta akti- vitas yang tidak dapat dilakukan oleh penderita; dan pe- meriksaan kekuatan otot ekspirasi dan inspirasi.
• Pemeriksaan fungsi dasar : Pemeriksaan ini dikhususkan pada gerakan thorakal berupa gerakan aktif dan pasif serta pengembangan costovertebra.
• Pemeriksaan spesifik : Tes fremitus suara, Tes pe- ngembangan thorax, Tes Pump Handle Movement dan Bucket Handle Movement, Paradoxical breathing, Tes ventilasi (meniup lilin), Tes spirometer, Tes palpasi, perkusi, auskultasi dan vital sign, pemeriksaan sputum.
2) Problematik Fisioterapi. Berdasarkan patofisiologi emfisema, maka problematik fisioterapi yang dapat terjadi adalah :
• Batuk produktif disertai sputum yang meningkat .
• Gangguan pernapasan.
• Gangguan pengembangan thorax .
• Kelemahan otot-otot pernapasan.
• Spasma/tegang otot-otot leher.

3) Pelaksanaan Fisioterapi. Tujuan umum dan rencana pengobatan kondisi emfisema ialah sebagai berikut :
• Membantu mengeluarkan sputum dan meningkatkan efi- siensi batuk.
• Mengatasi gangguan pernapasan pasien.
• Memperbaiki gangguan pengembangan thoraks.
• Meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan.
• Mengurangi spasme/ketegangan otot-otot leher pasien.

4) Penerapan Modalitas Fisioterapi
1. Postural Drainage adalah salah satu teknik membersihkan jalan napas akibat akumulasi sekresi dengan cara penderita di atur dalam berbagai posisi untuk mengeluarkan sputum dengan bantuan gaya gravitasi. Tujuan postural drainage ini adalah mengeluarkan sputum yang terkumpul dalam lobus paru, mengatasi gangguan pernapasan dan meningkatkan efisiensi mekanisme batuk. Teknik postural drainage ini dikombinasikan dengan deep breathing, deep coughing, perkusi, dan vibrasi.
2. Breathing Exercises, dikerjakan dalam berbagai posisi oleh karena distribusi udara dan sirkulasi paru bervariasi dalam hubungannya dengan posisi dada Dasar pelaksanaannya yaitu mulai dengan menarik napas melalui hidung dengan mulut tertutup, kemudian meng- hembuskan napas melalui bibir dengan mulut mencucur (seperti posisi meniup) Posisi yang dapat digunakan adalah tidur terlentang dengan kedua lutut menekuk atau kaki ditinggikan, duduk di kursi atau di tempat tidur, dan berdiri. Adapun tujuan latihan ini adalah memperbaiki ventilasi alveoli, menurunkan pekerjaan pernapasan, meningkatkan efisiensi batuk, mengatur kecepatan pernapasan, mendapatkan rileksasi otot-otot dada dan bahu dalam sikap normal dan memelihara pergerakan dada.
3. Latihan Batuk, merupakan cara yang paling efektif untuk mem- bersihkan laring, trakea dan bronkhioli dari sekret dan benda- benda asing. Untuk memudahkan batuk yang efektif, posisi penderita duduk di tepi tempat tidur, membungkuk ke depan untuk memudahkan kontraksi otot dinding perut dan otot-otot dada sehingga timbul tekanan intraabdominal dan intratorakal yang besar. Selain itu posisi penderita dapat juga setengah duduk, tidur miring dengan bagian dada ditinggikan dan kedua lutut ditekuk. Tekniknya ialah : (1) Tarik napas pelan dan dalam dengan menggunakan pernapasan diafragma (2) Tahan napas beberapa saat (dua detik). 3) Batukkan dua kali dengan mulut sedikit terbuka dengan cara kontraksi dinding perut keras-keras dan membungkuk ke depan, suara batuk harus dalam. Batuk pertama akan melepas- kan sekret dari tempatnya dan batuk kedua akan mendorong keluar mukus tersebut. Tarik napas pelan dengan dengusan ringan, sebab bila menarik napas keras sesudah batuk dapat menyebabkan batuk kembali dan dapat mendorong mukus ke dalam paru lagi. Atur dalam berbagai posisi untuk mengeluarkan sputum dengan bantuan gaya gravitasi. Tujuan postural drainage ini adalah mengeluarkan sputum yang terkumpul dalam lobus paru, mengatasi gangguan pernapasan dan meningkatkan efisiensi mekanisme batuk. Teknik postural drainage ini dikombinasikan dengan deep breathing, deep coughing, perkusi, dap vibrasiLatihan Mobilisasi ini dilakukan secara perlahan-lahan dan teratur dalam posisi duduk, tidur terlentang dan berdiri sesuai dengan kemampuan penderita, yaitu :
4. Latihan Releksasi. Secara individual penderita sering tampak cemas, takut karena sesak napas dan kemungkinan mati lemas. Dalam ke- adaan tersebut, maka latihan relaksasi merupakan usaha yang paling penting dan sekaligus sebagai langkah pertolongan. Adapun tujuan latihan ini adalah memperbaiki ventilasi alveoli, menurunkan pekerjaan pernapasan, meningkatkan efisiensi batuk, mengatur kecepatan pernapasan, mendapatkan rileksasi otot-otot dada dan bahu dalam sikap normal dan memelihara pergerakan dada. Latihan relaksasi yang dapat digunakan adalah metode Yacobson, contohnya : penderita ditempatkan dalam ruangan yang hangat, segar dan bersih, kemudian penderita ditidurkan terlentang dengan kepala diberi bantal, lutut ditekuk dengan memberi bantal sebagai penyangga.



KEPUSTAKAAN
Sutisna Himawan, Kumpulan Kuliah Patologi, FKUI Jakarta: 1973. 2. Basmajian JV Therapeutic Exercises, Ed. 3. Baltimore: Williams & Wilkins, 1978. Tekniknya ialah : 3. Kisner C, Colby LA. Therapeutic Exercises, ed. 2. Philadelphia: Davis FA, 1985. 1) Tarik napas pelan dan dalam dengan menggunakan pernapasan diafragma. 4. Delph MH, Manning RT. Diagnosis Fisik, ed IX Jakarta: EGC, 1986. 5. Magee JD. Orthopedic Physical Assessment. WB Saunders Co, 1987. 2) Tahan napas beberapa saat (dua detik). 6. Price SA, Wilson L McC. Patofisiologi, Konsep Klinik Proses-proses Penyakit, ed 2 Bag 1. Jakarta: EGC, 1992. 3) Batukkan dua kali dengan mulut sedikit terbuka dengan cara kontraksi dinding perut keras-keras dan membungkuk ke depan, suara batuk harus dalam. Batuk pertama akan melepas- kan sekret dari tempatnya dan batuk kedua akan mendorong keluar mukus tersebut. 7. Purnawan Junadi et al. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FKUI, 1982. 8. Myers RS. Saunders Manual of Physical Therapy Practice. Philadelphia, London: 1995. 9. Soekarno. Fisioterapi Pada Emfisema, TITAFI IV, Surabaya: 1998

Selasa, 20 April 2010

STIMULASI DINI PADA BAYI DAN BALITA UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN MULTIPEL DAN KREATIVITAS

Apa yang dimaksud dengan kecerdasan multipel ?

Kecerdasan multipel (multiple inteligensia) adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistic (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat, presentasi, pidato, diskusi, tulisan), logical–mathematical (kemampuan menggunakan logika-matematik dalam memecahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi), bodily-kinesthetic (ketrampilan gerak, menari, olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dengan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal (kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), naturalist (kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).


Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas kecerdasan ?

Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus.

Orangtua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam kandungan, masa bayi dan balita. Walaupun kedua orangtuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja.


Apa kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan ?

Tiga kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan FISIK-BIOLOGIS (terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik), EMOSI-KASIH SAYANG (mempengaruhi kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan STIMULASI DINI (merangsang kecerdasan-kecerdasan lain).

Kebutuhan FISIK-BIOLOGIS terutama gizi yang baik sejak di dalam kandungan sampai remaja terutama untuk perkembangan otak, pencegahan dan pengobatan penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan, dan ketrampilan fisik untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Kebutuhan EMOSI-KASIH SAYANG : terutama dengan melindungi, menimbulkan rasa aman dan nyaman, memperhatikan dan menghargai anak, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan tetapi lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang. Kebutuhan STIMULASI meliputi rangsangan yang terus menerus dengan berbagai cara untuk merangsang semua system sensorik dan motorik.

Ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin didalam kandungan karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan biofisik tidak tercukupi, gizinya kurang, sering sakit, maka perkembangan otaknya tidak optimal. Bila kebutuhan emosi dan kasih sayang tidak tercukupi maka kecerdasan inter dan antar personal juga rendah. Bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.


Apa itu STIMULASI DINI ? Apa manfaatnya ?

Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (lingusitik), kecerdasan musikal, gerak (kinestetik), visuo-spasial, senirupa dll.


Cara melakukan stimulasi dini

Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur.

Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih), benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan

Umur 3 – 6 bulan ditambah dengan bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi dan pengasuh di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.

Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.

Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.

Umur 12 – 18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.

Umur 18 – 24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata ? hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana – baju, bermain melempar bola, melompat.

Umur 2 – 3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.

Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak atau sejenisnya.


Pentingnya suasana ketika stimulasi

Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu).

Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.


Pentingnya pola pengasuhan yang demokratik (otoritatif)

Oleh karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi atau balita harus dilakukan dalam suasana pola asuh yang demokratik (otoritatif). Yaitu pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi, artinya memperhatikan minat, keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan.


Mengapa stimulasi dini bisa merangsang kecerdasan multipel ?

Sel-sel otak janin dibentuk sejak 3 – 4 bulan di dalam kandungan ibu, kemudian setelah lahir sampai umur 3 – 4 tahun jumlahnya bertambah dengan cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum ada hubungan antar sel-sel tersebut. Mulai kehamilan 6 bulan, dibentuklah hubungan antar sel, sehingga membentuk rangkaian fungsi-fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan oleh lingkungan kepada bayi-balita tersebut.

Semakin bervariasi rangsangan yang diterima bayi-balita maka semakin kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima, maka semakin kuat maka hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemudian hari, bila dikembangkan terus menerus, sehingga anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple inteligensia).


Bagaimana cara merangsang kecerdasan multipel ?

Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak dll.

Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.

Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.

Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga permainan dll.

Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada.

Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.

Melatih kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.

Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang dll.

Bila anak mempunyai potensi bawaan berbagai kecerdasan dan dirangsang terus menerus sejak kecil dengan cara yang menyenangkan dan jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan yang multipel.


Bagaimana cara mengembangkan kreativitas anak ?

Kreativitas dibutuhkan oleh manusia untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas harus dikembangkan sejak dini. Banyak keluarga yang tidak menyadari bahwa sikap orangtua yang otoriter (diktator) terhadap anak akan mematikan bibit-bibit kreativitas anak, sehingga ketika menjadi dewasa hanya mempunyai kreativitas yang sangat terbatas.


Bagaimana peran orangtua utk mengembangkan kreativitas anak ?

Kreativitas anak akan berkembang jika orangtua selalu bersikap otoritatif (demokratik), yaitu : mau mendengarkan omongan anak, menghargai pendapat anak, mendorong anak untuk berani mengungkapkannya. Jangan memotong pembicaraan anak ketika ia ingin mengungkapkan pikirannya. Jangan memaksakan pada anak bahwa pendapat orangtua paling benar, atau melecehkan pendapat anak

Orangtua harus mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan pendapat, gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri (asalkan tidak membahayakan atau merugikan oranglain atau diri sendiri). Jangan mengancam atau menghukum anak kalau pendapat atau perbuatannya dianggap salah oleh orangtua. Anak tidaklah salah, mereka umumnya belum tahu, dalam tahap belajar. Oleh karena itu tanyakan mengapa mereka berpendapat atau berbuat demikian, beri kesempatan untuk mengemukan alasan-alasan. Berikanlah contoh-contoh, ajaklah berpikir, jangan didikte atau dipaksa, biarkan mereka yang memperbaikinya dengan caranya sendiri. Dengan demikian tidak mematikan keberanian mereka untuk mengemukakan pikiran, gagasan, pendapat atau melakukan sesuatu.

Selain itu orangtua harus mendorong kemandirian anak dalam melakukan sesuatu, menghargai usaha-usaha yang telah dilakukannya, memberikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Cara-cara ini merupakan salah satu unsur penting pengembangan kreativitas anak.

Keluarga harus merangsang anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai benda atau kejadian disekeliling kita, yang mereka dengar, lihat, rasakan atau mereka pikirkan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua harus menjawab dengan cara menyediakan sarana yang semakin merangsang anak berpikir lebih dalam, misalnya dengan memberikan gambar-gambar, buku-buku. Jangan menolak, melarang atau menghentikan rasa ingin tahu anak, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain.

Orangtua harus memberi kesempatan anak untuk mengembangkan khayalan, merenung, berfikir dan mewujudkan gagasan anak dengan cara masing-masing. Biarkan mereka bermain, menggambar, membuat bentuk-bentuk atau warna-warna dengan cara yang tidak lazim, tidak logis, tidak realistis atau belum pernah ada. Biarkan mereka menggambar sepeda dengan roda segi empat, langit berwarna merah, daun berwarna biru. Jangan banyak melarang, mendikte, mencela, mengecam, atau membatasi anak. Berilah kebebasan, kesempatan, dorongan, penghargaan atau pujian untuk mencoba suatu gagasan, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain.

Semua hal-hal tersebut akan merangsang perkembangan fungsi otak kanan yang penting untuk kreativitas anak yaitu: berfikir divergen (meluas), intuitif (berdasarkan intuisi), abstrak, bebas, simultan.

Sumber : IDAI

POSTURAL DRAINAGE

Postural Drainage (PD) merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dari sekretnya itu sendiri . Tahun 1953 Palmer dan. Sellick telah menunjukkan manfaat PD yang disertai dengan perkusi dada untuk mencegah terjadinya atelektasis paru setelah pembedahan . Sejak itu pula PD telah diterapkan secara intensif pada perawatan penderita-penderita penyakit paru akut maupun kronik .
Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Dengan PD dapat dilakukan pencegahan terkumpulnya sekret dalam saluran nafas terutama pada mereka yang tergolong "high risk" , disamping untuk mempercepat pengeluaran cairan patologik lainnya yang berasal dari saluran nafas maupun perenkhim paru yang viskositasnya kental Keberhasilan dari PD sering segera dapat dirasakan oleh penderitanya, yaitu dengan adanya perbaikan ventilasi.


PATOFISIOLOGI

Pada PD posisi penderita ditempatkan sedemikian rupa sehingga dari lokasi kelainan paru terjadi pengeluaran secret dengan bantuan gaya beratnya. Pada umumnya dalam keadaan demikian, juga dilakukan perkusi dan vibrasi. Perkusi dan vibrasi merupakan energi gelombang mekanik yang diterapkan pada dinding dada dan diteruskan kedalam paru. Dengan gelombang energi mekanik tersebut sekret akan bergetar dan turun. Dengan demikian diharapkan bertambahnya pembersihan sputum dari saluran nafas oleh pengaruh gaya beratnya serta pengaruh perkusi dan vibrasi. Setelah dilakukan PD, dalam jangka pendek diharapkan sputum bertambah banyak "expiratory flow rate" bertambah, ventilasi bertambah, tahanan aluran nafas berkurang, kapasitas vital bertambah serta terjadi perbaikan oksigenisasi. Dan dalam angka panjang diharapkan pula perbaikan tanda-tanda klinik dan foto toraks bertambah cepat, adanya perbaikan faal paru dan pertukaran gas pada alveoli. Namun Peterson dkk dan Graham mengatakan bahwa pada kasus-kasus seperti pneumonia atau eksaserbasi akut dari bronkhitis kronik, adanya perbaikan hal-hal tersebut diatas tidak selalu terjadi. Dari penyelidikan mereka pada kasus-kasus seperti diatas ternyata tidak terjadi kenaikan volume sputum, maupun hal-hal seperti pertambahan "flow rate" , resolusi yang bertambah cepat pada foto toraks, perbaikan faal paru dan pertukaran gas.
Para sarjana mengemukakan bahwa tujuan dari penerapan PD pada kasus-kasus penyakit paru akut maupun kronik perlu dijelaskan lebih dahulu, sebab volume, viskositas dan karakteristik dari sputum merupakan faktor yang sangat penting. Frownfelter berpendapat bahwa PD tidak saja bisa dilakukan pada mereka yang produksi sputumnya banyak tetapi juga pada penderita yang sputumnya sedikit PD dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya akumulasi sekret agar tidak terjadi atelektasis. Dan pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada. Maka dari itu PD sebagai bentuk pengobatan mempunyai tujuan mencegah akumulasi sekret dan mengeluarkan sekret/cairan patologik yang tertampung.

GAMBAR LOBUS DAN SEGMEN



CARA MELAKUKAN POSTURAL DRAINAGE

Untuk melakukan PD, tidak ada persiapan khusus dari penderita. Yang penting adalah perlu diketahui lokasi kelainan pada paru serta keadaan umum penderita. Untuk mengetahui dengan cepat perubahan klinik penderita yang mungkin terjadi selama dilakukan PD maka sebaiknya kita yang mengerjakan PD berada di muka penderita. PD dilakukan dengan mengatur penderita pada posisi tertentu yaitu pada posisi supaya terjadi pengeluaran (drainage) sputum yang cepat karena pengaruh gaya beratnya disertai pengaruh perkusi dan vibrasi dada . Posisi penderita yang diharapkan terjadi drainage sesuai dengan lokasi kelainan paru adalah sebagai berikut :
1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi untuk drainage kedua lobus atas dari segmen apikal.
2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kanan segmen anterior, dan beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kiri segmen anterior.
3. Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior.
4. Tidur pada sisi kiri dengan 3/bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah kanan dan lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian tubuh lainnya.
5. Tidur pada sisi kanan dengan ¾ bagian badan tidur, untuk drainage lingula dan lobus bawah kiri segmen anterior. Letak kepala sama seperti No. 4.
6. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut dengan letak kepala seperti no. 4, untuk drainage kedua lobus bawah segmen anterior.
7. Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen lateral.
8. Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak.
9. Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan letak kepala atau beberapa bantal di bawah perut untuk drainage kedua lobus bawah.
10. Tidur pada sisi kiri dengan ¾ bagian badan miring, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen posterior.

Untuk penderita dengan kelainan paru pada beberapa tempat PD dapat dilakukan pada beberapa posisi. Setiap posisi sebaiknya dilakukan selama 5 -- 10 menit. Keadaan ini bisa diperpanjang bila penderita tahan lama, sekret/cairan patologik jumlahnya banyak atau kental sehingga drainage memerlukan waktu yang lebih lama. Bila PD dilakukan pada beberapa posisi, maka seluruh waktu untuk melakukan PD sebaiknya tidak lebih dari 40 menit supaya tidak melelahkan penderita. Setiap hari dapat dilakukan dua kali. Pada umumnya bila PD dilakukan untuk tujuan mengeluarkan sekret yang tertampung, maka perkusi dan vibrasi dada serta latihan nafas termasuk didalamnya (3, 10). Perkusi atau lebih cocok dengan istilah penepukan dan vibrasi dilakukan pada dinding dada diatas daerah paru yang diharapkan terjadi drainage yang cepat. Penepukan dikerjakan dengan kedua telapak tangan yang dicekungkan (seperti sedang menampung air), dilakukan bergantian kiri dan kanan, dengan kekuatan yang sama. Kekuatan diatur supaya tidak melelahkan dan tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita. Vibrasi dilakukan dengan menggetarkan telapak tangan yang diletakkan pada dinding dada, dilanjutkan dengan penekanan sewaktu penderita mengeluarkan nafas (11).


INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Untuk tujuan mencegah akumulasi sekret, PD dapat dilakukan pada penderita-penderita berikut (3) : • yang melakukan tirah baring yang lama, khususnya pada mereka yang tergolong "high risk" yaitu penderita penyakit paru kronik, penderita pasca bedah yang mengalami imobilisasi dan mereka yang telah dilakukan sayatan pada toraks dan abdomen yang sputumnya banyak, seperti bronkhoektasis atau fibrosis.

Berikut macam-macam posisi postural drainage :


Kedua lobus atas - segmen apikal


Lobus atas kanan - segmen anterior


Lobus atas kiri - segmen anterior


Lobus atas kanan – segmen posterior ( dipandang dari depan )


Lobus atas kanan – segmen posterior – dipandang dari belakang


Lobus atas kiri – segmen posterior


lobus atas kiri - segmen posterior ( posisi lain )


Lobus tengah kanan
Perhatikan : pasien ¾ bagian badannya terlentang.


Lingula ( dipandang dari belakang )


Kedua lobus bawah – segmen anterior


Lobus bawah kanan – segmen lateral


Lobus bawah kiri – segmen lateral dan Lobus bawah kanan – segmen kardiak ( medial )


Kedua lobus bawah – segmen posterior
Perhatikan : bantal di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal


Lobus bawah kanan – segmen posterior ( Posisi dimodifikasi untuk penekanan khusus )


Kedua lobus bawah – segmen posterior ( Dengan beberapa bantal di bawah p
erut )

CHEST PHYSICAL THERAPY ( CPT )

Redakan Batuk Bayi Tanpa Obat
Gangguan saluran pernafasan atas maupun bawah sering terjadi pada bayi. Dikarenakan system saluran pernafasannya memang belum sempurna. Beberapa gejala yang kerap muncul adalah batuk, secret yang menyumbat saluran nafas dan sesak. Batuk sebenarnya bukanlah penyakit. Justru batuk adalah penolong, karena saat batuk tubuh akan mengeluarkan sesuatu yang merugikan, tak terkecuali virus atau penyakit lainnya.
Untuk membantu proses penyembuhan, ada Chest Physical Therapy ( CPT ). Terapi ini digunakan untuk memperbaiki efisiensi kerja system pernafasan, meningkatkan ekspansi rongga dada, menguatkan otot pernafasan dan mengurangi secret yang menumpuk pada saluran nafas.
Kelompok terapi yang termasuk dala CPT adalah Postural Drainage, Clapping, Chest Vibrasi, latihan pernafasan, latihan batuk ( Caughing ) dan Incentive Spirometer.
Namun pada intinya, CPT memiliki 3 langkah utama, yaitu :
(1). Postural Drainage : memosisikan bayi/anak pada posisi tertentu untuk membantu menyalurkan secret.
(2). Clapping : tepukan yang dilakukan pada rongga dada untuk melepaskan secret dari dinding saluran nafas.
(3). Caughing : membatukkan secret agar keluar.

Dalam tata laksananya, CPT biasanya dikombinasikan dengan terapi lain yang bertujuan untuk memudahkan pengeluaran secret, seperti penggunaan nebulizer ( inhalasi ), suction dan obat pengencer secret. Bagaimana CPT bisa membantu bayi yang mengalami batuk ?. Perlu diketahui, pada paru-paru dan saluran pernafasan selalu terdapat secret. Sekret ini berguna untuk membersihkan saluran pernafasan dengan menangkap debu dan kuman yang terhisap bersama udara dan membuangnya dengan batuk. Jika terjadi iritasi atau infeksi dari paru-paru, maka secret tadi akan diproduksi lebih banyak sehingga dapat mengganggu kerja system pernafasan. Nah, dengan tindakan CPT akan membantu mengalirkan secret keluar dari paru.
CPT dapat dilakukan kapanpun saat bayi memerlukan. Misalnya saat batuknya menjadi-jadi dan saat bayi nampak kepayahan dengan batuknya. Ada sebuah literature menyebutkan, waktu yang baik untuk memberikan CPT ialah di pagi hari setelah bangun tidur, namun bila diperlukan dapat dilakukan 3-4 kali sehari. Diberikan tidak lebih dari 10-20 menit. Lakukan sebelum makan atau 1 jam setelah makan. Sebaiknya disertai dengan penggunaan nebulizer agar lebih optimal.

PELAKSANAAN CPT
1. Langkah pertama : posisikan bayi sesuai letak secret.
Apabila bayi masih sangat kecil, posisi postural drainage dapat dilakukan dengan meletakkan bayi di pangkuan ibu yang merupakan tempat yang nyaman buat bayi.
2. Langkah kedua : tepuk-tepuk rongga dada bayi.
Lekukkan telapak tangan anda seperti mangkok untuk menepuk bayi. Udara yang terperangkap antara telapak tangan dengan dada atau punggung bayi akan menimbulkan tekanan ringan yang membantu melepaskan perlengketan sekret. Tepuk hanya pada rongga dada, jangan pada tulang belakang, sternum ( tulang dada tengah ). Sebaiknya terlebih dahulu meletakkan kain/handuk/selimut agar bayi lebih nyaman. Tepukan dapat dilakukan dengan 3 jari ( telunjuk, tengah dan manis ), satu tangan ataupun dua tangan bersamaan, tergantung luas area yang ditepuk.
3. Langkah ketiga : mengusahakan agar bayi batuk.
Jika bayi sudah mampu meniru batuk, ajak dia untuk batuk setiap kali selesai menepuk satu area dan meludahkannya. Jika belum bisa dan dia menelan sekret, jangan khawatir, karena sekret tersebut akan terbuat lewat feses.

Sumber : Dra. Irawati, Ch.Dipl.Pt ( Majalah Nakita No.535 tanggal 29 Juni-5 Juli 2009 )

STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI


KONSEP PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI


Perkembangan bayi menganut asas :
1. Berlangsung terus menerus sejak pembuahan sampai dewasa serta dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Perkembangan motorik bayi akan lebih cepat bila bayi mendapat latihan yang cukup.
2. Tumbuh kembang tergantung kematangan (maturitas) susunan saraf.
Contoh : seorang bayi tidak akan mampu berjalan bila sistem saraf belum siap, tetapi bila bayi tidak diberi kesempatan latihan berjalan, maka kemampuan berjalan akan terlambat.
3. Urutan perkembangan setiap bayi selalu sama, tetapi kecepatannya berbeda.
Contoh : bayi akan belajar duduk terlebih dahulu sebelum belajar berdiri, tetapi umur saat bayi belajar duduk berbeda antara bayi satu dengan lainnya. Perbedaan kecepatan perkembangan tersebut karena pengaruh bawaan dan rangsang lingkungan.
4. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari.
Reflek primitif ialah gerakan yang tidak disadari, berlangsung secara otomatis dan pada usia tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan yang disadari. Contoh : bayi usia di bawah 1 bulan tangan selalu menggenggam (karena ada reflek menggenggam), setelah umur bayi lebih dari 1 bulan, reflek tersebut secara perlahan menghilang dan diganti gerakan jari-jari secara sadar.
5. Arah perkembangan dari atas ke bawah.
Langkah pertama pada perkembangan motorik adalah perkembangan kemampuan mempertahankannya kepala dalam posisi tegak yang melibatkan otot-otot leher. Selanjutnya akan diikuti perkembangan otot-otot punggung sehingga bayi mampu mengangkat kepala dan badan pada posisi tengkurap.

JENIS STIMULASI YANG DAPAT DIBERIKAN
Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar bayi, sehingga bayi akan lebih mudah melakukan suatu gerakan. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat perkembangannya daripada anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.
1. TAPPING (KETUKAN)
Adalah upaya untuk meningkatkan kekuatan (tonus) otot melalui stimulasi raba dengan ketukan lembut pada otot menggunakan bagian dalam jari-jari tangan. Contoh : melatih agar bayi pada posisi tengkurap dapat mengangkat kepala, maka diberikan ketukan pada daerah pangkal leher dan punggung atas.
2. LATIHAN PENUMPUAN BERAT BADAN.
Yaitu upaya stimulasi pada sendi dengan menggunakan beban berupa berat badan atau anggota badan itu sendiri untuk menguatkan otot-otot sekitar sendi. Contoh : pada posisi tengkurap, bayi dilatih menumpu badanya pada kedua lengan.
3. LATIHAN GERAK.
Adalah upaya merangsang kemampuan gerak bayi dengan cara anggota gerak (lengan dan tungkai) digerakkan. Contoh : melatih bayi agar mampu berguling, dilakukan gerak berupa salah satu tungkai bayi digerakkan menyilang tungkai yang lain.


PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI NORMAL
1. USIA 1-1,5 BULAN
Bila ditengkurapkan, bayi mampu mengangkat kepala sesaat.
2. USIA 1,5-4 BULAN
Bila ditengkurapkan, bayi mampu mengangkat kepala hingga tegak.
3. USIA 2-4 BULAN
Bila bayi diposisikan duduk dengan dipegangi, bayi mampu mempertahankan kepalanya pada posisi tegak.
4. USIA 2,5-5 BULAN
Bila ditengkurapkan, bayi mampu mengangkat badannya dengan tumpuan pada kedua lengan bawah.
5. USIA 2,5-5,5 BULAN
Bayi mampu berguling dari terlentang ke tengkurap dan sebaliknya.
6. USIA 5,5-7,5 BULAN
Dari posisi tengkurap, bayi mampu duduk sendiri dengan kedua lengan masih menyangga di depan.
7. USIA 7-9 BULAN
Mampu berdiri dengan kedua lengan dipegangi.
8. USIA 8-11 BULAN
Mampu duduk sendiri.
9. USIA 10-12 BULAN
Mampu berdiri bantuan dan dapat berdiri selama 2 hitungan.
10. USIA 11-14 BULAN
Mampu berdiri sendiri.
11. USIA 11,5-16 BULAN
Mampu berjalan.

LATIHAN STIMULASI PERKEMBANGAN BAYI
1. Latihan mengangkat kepala pada posisi tengkurap : (1) tengkurapkan bayi, ibu disamping bayi. (2) beri ketukan lembut pada punggung atas bayi hingga kepala bayi terangkat. Lakukan selama 2-3 menit, 2 kali sehari.
2. Latihan mempertahankan kepala tetap tegak : (1) bayi dipangku dengan dipegangi pada dadanya. (2) berikan tekanan ringan pada kepala bayi kearah leher (bawah). Lakukan selama 2-3 menit, 2 kali sehari.
3. Latihan menumpu badan dengan kedua lengan :(1) tengkurapkan bayi dengan lengan menyangga badan, pegangi pada kanan kiri bahunya. (2) beri tekanan ringan pada kedua bahu dengan arah menuju lengan. Lakukan 2-3 manit, 2 kali shari.
4. Latihan berguling dari posisi terlentang : (1) bayi terlentang, pegangi pada kaki kanan kirinya. (2) gerakkan salah satu kaki memutar menyilang kaki yang lain sehingga bayi tengkurap. Lakukan 2-3 menit, 2 kali sehari.
5. Latihan duduk dari tengkurap : (1) bayi tengkurap, pegangi dari kanan kiri panggulnya. (2) beri tarikan pada panggul kearah duduk. Lakukan 2-3 menit, 2 kali sehari.
6. Latihan mempertahankan posisi duduk tegak : (1) posisikan bayi duduk di depan ibu, pegangi pada kedua bahunya dari atas. (2) beri tekanan lembut pada kedua bahunya ke arah bawah.
7. Latihan keseimbangan pada posisi duduk tegak : (1) posisi bayi duduk, pegangi kedua lengannya. (2) beri dorongan lembut pada lengan bayi ke kiri - kanan bergantian. (3) lanjutkan dengan dorongan lembut ke depan-belakang bergantian.
8. Latihan berdiri : (1) posisi bayi duduk, pegangi kedua lengannya dari depan. (2) beri tarikan pada kedua lengannya ke arah depan atas sehingga bayi berdiri.
9. Latihan keseimbangan pada posisi berdiri : (1) posisikan bayi berdiri dengan dipegangi panggulnya dari samping. (2) beri dorongan pada panggul secar lembut ke kanan - kiri bergantian. (3) lanjutkan dengan dorongan lembut ke depan - belakang.


Dikutip dari : Materi Pendidikan Kesehatan Program Pasca Sarjana UGM 2002.

KEJANG TANPA DEMAM

Penyebabnya bermacam-macam. Yang penting, jangan sampai berulang dan berlangsung lama karena dapat merusak sel-sel otak.

Menurut dr. Merry C. Siboro, Sp.A, dari RS Metro Medical Centre, Jakarta, kejang adalah kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak. "Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi atau bisa juga tanpa disertai demam."


Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis). Biasanya disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal, demam tinggi akibat infeksi saluran pernapasan, radang telinga, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan kejang tanpa demam adalah kejang yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada anak-anak. Penyebabnya bermacam-macam (lihat boks).

BISA DIALAMI SEMUA ANAK
Kondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas. Kondisi ini biasa disebut step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam bisa dialami semua anak balita. Bahkan juga bayi baru lahir. "Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-infeksi pada saat-saat terakhir lahir, proses kelahiran yang susah sehingga sebagian oksigen tak masuk ke otak, atau menderita kepala besar atau kecil," tutur Merry.

Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko mengalami kejang tanpa demam pada saat melalui masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan). "Ini biasanya disebabkan adanya riwayat ibu menderita diabetes, sehingga anaknya mengalami hipoglemi (ganggguan gula dalam darah, Red.). Dengan demikian, enggak demam pun, dia bisa kejang."

Selanjutnya, si bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis ini akan rentan terhadap kejang. "Contohnya, telat diberi minum saja, dia langsung kejang."
Uniknya, tambah Merry, bayi prematur justru jarang sekali menderita kejang. "Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan. Diduga karena sistem sarafnya sudah sempurna sehingga lebih rentan dibandingkan bayi prematur yang memang belum sempurna."

JANGAN SAMPAI TERULANG
Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat membahayakan anak.

Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. "Setiap menit, kejang bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena terhambatnya aliran oksigen ke otak. Bayangkan apa yang terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya aliran oksigen ke otak ini bisa menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan."
Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya, pada anak yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus memantau agar jangan terjadi kejang berulang.

DIMONITOR TIGA TAHUN
Risiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis kejang serta ada atau tidaknya kelainan neurologis berdasarkan hasil EEG (elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang neonatal (tanpa demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun pertama pada 25% kasus. Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang mengalami bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.
"Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut," bilang Merry. Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik. Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan mental. Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi? "Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama."
Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah kejang. Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang sejak lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak.

RAGAM PENYEBAB
"Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor keturunan," kata Merry yang lalu menjabarkannya satu per satu di bawah ini.
* Kelainan neurologis
Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang. Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).
* Bukan neurologis
Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit yang lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat kimia, alergi dan cacat bawaan.
* Faktor keturunan
Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.

WASPADAI DI BAWAH 6 BULAN
Orang tua harus waspada bila anak sering kejang tanpa demam, terutama di bawah usia 6 bulan, "Karena kemungkinannya untuk menderita epilepsi besar," kata Merry. Masalahnya, kejang pada anak di bawah 6 bulan, terutama pada masa neonatal itu bersifat khas. "Bukan hanya seperti toniklonik yang selama ini kita kenal, tapi juga dalam bentuk gerakan-gerakan lain. Misal, matanya juling ke atas lalu bergerak-gerak, bibirnya kedutan atau tangannya seperti tremor. Dokter biasanya waspada, tapi kalau kejangnya terjadi di rumah, biasanya jarang ibu yang ngeh."
Itulah sebabnya, orang tua harus memperhatikan betul kondisi bayinya.

MENOLONG ANAK KEJANG
1. Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat saluran pernapasannya. "Jadi kalau sedang makan tiba-tiba anak kejang, atau ada sesuatu di mulutnya saat kejang, segera keluarkan," tutur Merry.
2. Miringkan tubuh anak karena umumnya anak yang sedang kejang mengeluarkan cairan-cairan dari mulutnya. "Ini sebetulnya air liur yang banyak jumlahnya karena saraf yang mengatur kelenjar air liur tak terkontrol lagi. Kalau sedang kejang, kan, saraf pusatnya terganggu. Bukan cuma air liur, air mata pun bisa keluar."
Guna memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar, tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran napas dan memperparah keadaan.
3. Jangan mudah percaya bahwa meminumkan kopi pada anak yang sedang kejang bisa langsung menghentikan kejang tersebut. "Secara medis, kopi tak berguna untuk mengatasi kejang. Kopi justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan saat anak mengalami kejang, yang malah bisa menyebabkan kematian."
4. Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat, jangan sampai otak kelamaan tak mendapat oksigen. "Usahakan lama kejang tak lebih dari tiga menit. Siapkan obat antikejang yang disarankan dokter bila anak memang pernah kejang atau punya riwayat kejang."

ANAK EPILEPSI HARUS KONTROL SETIAP 3 BULAN
Mereka yang berisiko menderita epilepsi adalah anak-anak yang lahir dari keluarga yang mempunyai riwayat epilepsi. Selain juga anak-anak dengan kelainan neurologis sebelum kejang pertama datang, baik dengan atau tanpa demam.
Anak yang sering kejang memang berpotensi menderita epilepsi. "Tapi jangan khawatir, anak yang menderita epilepsi, kecuali yang lahir dengan kelainan atau gangguan pertumbuhan, bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Prestasi belajar mereka tidak kalah dengan anak yang normal," kata Merry.
Jadi, kita tak perlu mengucilkan anak epilepsi karena dia bisa berkembang normal seperti anak-anak lainnya. "Yang penting, ia tertangani dengan baik. Biasanya kalau anak itu sering kejang, dokter akan memberi obat yang bisa menjaganya supaya jangan sampai kejang lagi. Pada anak epilepsi, fokus perawatannya adalah jangan sampai terjadi kejang lagi. Untuk itu, perlu kontrol, paling tidak setiap 3 bulan agar monitoring dari dokter berjalan terus."

Sumber : Nakita

KEJANG PADA BAYI


KEJANG pada neonatus didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom.
Periode bayi baru lahir (BBL) dibatasi sampai hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk bayi prematur, batasan ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.
Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.
Insiden kejang pada neonatus di Amerika Serikat belum diketahui dengan jelas, diperkirakan adalah 80-120 pada setiap 100.000 neonatus setiap tahun.
Bagaimana terjadinya kejang?

Neuron dalam susunan saraf pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium. Kejang timbul bila terjadi depolarisasi berlebihan akibat arus listrik yang terus-menerus dan berlebihan.

Volpe mengemukakan empat kemungkinan alasan terjadinya depolarisasi yang berlebihan yaitu:
1. Gagalnya pompa natrium kalium karena gangguan produksi energi
2. Selisih relatif antara neurotransmitter eksitasi dan inhibisi
3. Defisiensi relative neurotransmitter inhibisi dibanding eksitasi
4. Perubahan membran neuron menyebabkan hambatan gerakan natrium.

Tetapi, dasar mekanisme kejang pada neonatus masih belum dapat diketahui dengan jelas.
Ada banyak penyebab kejang pada neonatus, yaitu:
1. Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering. Timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2. Perdarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma pada kepala. Perdarahan subdural
yang biasanya diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan kejang
3. Gangguan metabolik.
a. Kekurangan kadar gula darah (Hipoglikomia), sering timbul dengan gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita diabetes melitus (DM). Jangka waktu antara hipoglikemia dan waktu sebelum pemberian awal pengobatan merupakan waktu timbulnya kejang. Kejang lebih jarang timbul pada ibu penderita diabetes, kemungkinan karena waktu hipoglikemia yang pendek.
b. Kekurangan kalsium (hipokalsemia), sering ditemukan pada bayi berat badan lahir rendah, bayi dengan ibu penderita DM, bayi asfiksia, bayi dengan ibu penderita hiperparatiroidisme.
c. Kekurangan natrium (Hiponatremia)
d. Kelebihan natrium (Hipernatremia), biasanya timbul bersamaan dengan dehidrasi atau pemakaian bikarbonat berlebihan.
e. Kelainan metabolik lainseperti:
• Ketergantungan piridoksin mengakibatkan kejangyang resistan terhadap antikonvulsan.
Bayi dengan kelainan ini mengalami kejang intrauterin dan lahir dengan meconium staining
• Gangguan asam amino

Kejang pada bayi dengan gangguan asam amino sering disertai dengan manifestasi neurologi. Hiperamonemia dan asidosis sering timbul pada gangguan asam amino.
1. Infeksi sekunder akibat bakteri atau nonbakteri dapat timbul pada bayi dalam kandungan, selama persalinan, atau pada periode perinatal
a. Infeksi bakteri
Meningitis akibat infeksi group B Streptococcus, Escherechia coli, atau Listeria monocytogenes sering menyertai kejang selama minggu pertama kehidupan.
b. Infeksi nonbacterial
Penyebab nonbacterial seperti toxoplasmosis dan infeksi oleh herpes simplex, cytomegalovirus, rubella dan coxackie B virus dapat menyebabkan infeksi intrakranial dan kejang.

ANAK LD ?

MEREKA adalah anak atau individu yang memiliki cara atau gaya belajar yang berbeda (learning differences). Pada awalnya dipakai istilah learning disability atau ketidak-mampuan belajar. Sebuah istilah yang dinilai semena-mena dan member! konotasi negatif, seolah-olah mereka adalah anak-anak yang tidak memiliki masa depan dan tidak mampu belajar dengan baik.

Dalam perkembangannya, penggunaan istilah learning disability menjadi tidak populer dan tidak pernah digunakan lagi. Kini lebih sering digunakan istilah yang lebih manusiawi, learning differences, yang dalam bahasa Indonesia diartikan"Perbedaan cara belajar". Istilah lain yang sering digunakan adalah anak dengan kebutuhan khusus (children with special needs).





Anak LD adalah anak yang memiliki disfungsi minimum otak (DMO), sehingga menyebabkan tercampuraduknya sinyal-sinyal di antara indera dan otaknya, termasuk di dalamnya mereka yang memiliki gangguan konsentrasi dan hiperaktivitas (ADD dan ADHD). Jelasnya, anak LD adalah individu yang memiliki kecerdasan normal bahkan di atas normal, namun memiliki masalah dalam pemrosesan di otaknya ketika menerima stimulasi melalui indera. Karena masalah yang dialaminya, sering ditemukan perbedaan yang nyata antara hasil tes IQ dengan prestasi akademiknya di sekolah.

Anak LD biasanya tampil kurang dewasa dibanding anak lain yang seusia. LD cenderung mempengaruhi koordinasi fisik dan perkembangan emosional mereka. Kebanyakan anak LD juga sulit mengenali hal-hal yang memungkinkan manusia mampu berfungsi dengan tepat dalam situasi sosial, akibatnya anak LD terlihat seperti mempunyai kebiasaan sosial yang berbeda sehingga sulit diterima oleh anggota masyarakat di sekitarnya.
Mereka memang memiliki masalah di dalam dirinya yang kadang-kadang mem-buat masyarakat di lingkungannya merasa terganggu. Akibatnya, kehadirannya ditolak, bahkan tidak jarang memperoleh stigma negatif, misalnya bodoh, nakal, jahat, troublemaker, dan lain-lain.
Untuk memahami mereka, barangkali kita bisa menganalogikan dengan seseorang yang sedang belajar bahasa asing. Sebelum faham benar, sudah dipaksa untuk menerjemahkan. Anak LD selalu"menerjemahkan" sesuatu ke dalam "bahasa" yang bisa diterima dan dimengerti oleh otaknya.

MENGENALI ANAK AUTIS


Kata autisme saat ini sering kali diperbincangkan , dan angka kejadian anak autisme masih terus meningkat diseluruh dunia. Saat ini sering timbul kekuatiran para orang tua jika anak kita terlambat bicara atau bertingkah laku tidak lazim , apakah anak menderita autisme?, Marilah mengenal lebih dalam tentang Autisme pada anak.

Sering timbul kekuatiran jika anak kita terlambat bicara atau bertingkah laku tidak lazim , apakah anak menderita autisme. Kata autisme saat ini sering kali diperbincangkan , angka kejadian di seluruh dunia terus meningkat. Banyak penyandang autisme terutama yang ringan masih tidak terdeteksi dan bahkan sering mendapatkan diagnosa yang salah , atau bahkan terjadi overdiagnosis . hal tersebut tentu saja sangat merugikan anak.

A. Apakah autisme itu ?
Kelainan perkembangan yang luas dan berat, dan mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan tersebut mencakup bidang interaksi sosial , komunikasi , dan perilaku.

B. Kapan deteksi dini autisme pada anak ?
Gejala autisme mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun , secara umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2 – 5 tahun.
Pada beberapa kasus aneh gejala terlihat pada masa sekolah.

Berdasarkan penelitian lebih banyak didapatkan pada anak laki-laki dari pada anak perempuan. Beberapa tes untuk mendeteksi dini kecurigaan autisme hanya dapat dilakukan pada bayi berumur 18 bulan ke atas.

C. Waspadai gejala – gejala autisme
Gejala autisme berbeda – beda dalam kuantitas dan kualitas ,penyandang autisme infantil klasik mungkin memperlihatkan gejala dalam derajat yang berat , tetapi kelainan ringan hanya memperlihatkan sebagian gejala saja.

Kesulitan yang timbul, sebagian dari gejala tersebut dapat muncul pada anak normal, hanya dengan intensitas dan kualitas yang berbeda.




D. Gejala – gejala pada autism mencakup gangguan pada :
1. Gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal
• Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara
• Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang sering disebut sebagai bahasa planet
• Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang sesuai
• Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
• Meniru atau membeo , beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian , nada , maupun kata katanya tanpa mengerti artinya
• Kadang bicara monoton seperti robot
• Mimik muka datar
• Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat

2. Gangguan pada bidang interaksi sosial
• Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
• anak mengalami ketulian
• Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk
• Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang
• Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.
• Bila didekati untuk bermain justru menjauh
• Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
• Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun
• Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orang tuanya

3. Gangguan pada bidang perilaku dan bermain
• Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama berulang – ulang sampai berjam – jam
• Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh
• Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus untuk waktu lama)atau sesuatu yang berputar
• Terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana
• Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak
• Perilaku ritualistik sering terjadi
• Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat – lompat, berputar – putar, memukul benda berulang – ulang
• Dapat juga anak terlalu diam

4. Gangguan pada bidang perasaan dan emosi
• Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang menangis akan di datangi dan dipukulnya
• Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang nyata
• Sering mengamuk tidak terkendali ( temper tantrum) , terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif .

5. Gangguan dalam persepsi sensoris
• Mencium – cium , menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja
• Bila mendengar suara keras langsung menutup mata
• Tidak menyukai rabaan dan pelukan . bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan
• Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu

E. Apa yang sebaiknya anda lakukan?
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anda jika mencurigai adanya satu atau lebih gejala di atas pada anak anda. Tetapi jangan juga cepat – cepat mennyatakan anak anda sebagai penderita autisme.

Diagnosis akhir dan evaluasi keadaan anak sebaiknya ditangani oleh suatu tim dokter yang berpengalaman , terdiri dari ; dokter anak , ahli saraf anak, psikolog, ahli perkembangan anak, psikiater anak, ahli terapi wicara. Tim tersebut bertanggung jawab dalam menegakan diagnosis dan memberi arahan mengenai kebutuhan unik dari masing – masing anak , termasuk bantuan interaksi sosial , bermain, perilaku dan komunikasi .

© Dr. Suriviana- www.infoibu.com