Gangguan respirasi dapat diderita oleh siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak ataupun dewasa. Contoh bentuk gangguan respirasi adalah asma, PPOK, mucus yang banyak pada penderita bedrest atau emfisema dan masih ada beberapa lagi yang lainnya.
Penyebab gangguan respirasi bermacam-macam, di antaranya :
1. Obstruksi / penyumbatan jalan nafas.
2. Penurunan kekuatan otot sangkar thorax.
3. Gangguan kontrol saraf pusat.
4. Penurunan range of motion ( ROM ) sangkar thorax.
5. Penurunan elastisitas otot sangkar thorax.
Untuk membantu mengatasi gangguan respirasi, Fisioterapi memiliki sebuah teknik, yaitu Breathing Technic. Breathing technic adalah suatu cara yang dipakai untuk membantu mengatasi atau mengurangi gangguan pernafasan. Terdiri dari dua macam teknik, yaitu Breathing control dan Breathing exercise.
A. BREATHING CONTROL
Breathing control adalah suatu teknik bernafas dengan menggunakan paru sisi bawah dan menghindari atau meminimalkan penggunaan otot-otot bantu nafas ( otot dada atas dan otot-otot bahu ) sehingga diperoleh suatu kondisi yang santai ( rileks ).
Breathing control cocok dan banyak diberikan pada pasien asma atau PPOK yang sedang mengalami serangan sesak nafas. Kedua kondisi tersebut seandanya malah diberi breathing exercise justru akan menambah derjat sesak nafasnya. Hal ini terjadi karena breathing exercise akan meningkatkan kerja otot pernafasan atas dan membuatnya lelah.
Prosedur breathing control :
1. Posisi pasien santai dan nyaman, boleh duduk, half lying atau tidur miring.
2. Pasien bernafas biasa dan santai.
3. Hindari member hambatan saat bernafas. Misalnya : hindari penggunaan pursedlips breathing.
4. Beri intruksi kepada pasien secar halus dan bersuara rendah.
B. BREATHING EXERCISE
Tujuan pemberian breathing exercise adalah untuk memperbaiki ventilasi, meningkatkan kapasitas paru dan mencegah kerusakan paru.
Breathing exercise terdiri dari beberapa macam, yaitu :
1. Diafragma breathing.
Diberikan pada penderita gangguan respirasi yang sedang mengalami serangan sesak nafas. Contoh : penderita asma yang sedang kambuh. Pada saat serangan asma, otot nafas atas akan mengalami kekelahan karena bekerja keras untuk bernafas. Maka perlu diistirahatkan agar sesak tidak bertambah. Oleh karena itu penggunaan teknik ini akan membantu mengurangi serangan sesak.
Prosedurnya :
1) Bernafas dengan perut.
2) Dada dan bahu harus rileks.
3) Saat inspirasi, kembungkan perut.
4) Saat ekspirasi, kempiskan perut.
5) Terapis mengontrol dengan memegang perut dan dada pasien. Yang harus bergerak hanya perut, dada harus diam.
2. Purse lips breathing.
Diberikan pada pasien yang sedang tidak mengalami serangan sesak nafas. Contohnya : penderita asma yang sedang tidak kambuh.
Prosedurnya :
1) Posisi pasien rileks.
2) Pasien tarik nafas melalui hidung dan tahan 2-3 detik.
3) Lalu pasien diminta hembuskan nafas lewat mulut ( mulut dimonyongkan ) selama 6-8 detik.
3. Segmental breathing.
Adalah suatu latihan nafas pada segmen paru tertentu dengan tujuan melatih pengembangan paru persegmen.
Prosedurnya : Saat ingin memberikan pengembangan segmen paru tertentu, maka terapis memberikan tekanan saat inspirasi dan ekspirasi pada segmen paru yang dimaksud. Jadi tangan terapis bertindak sebagai “guiden” ( pemberi stimulus dan penunjuk arah gerakan ).
4. Glossopharingeal breathing.
Sumber : Dede Hidayat SStFt, disampaikan pada Seminar Fisioterapi tanggal 15-17 juli 2010
2. Penurunan kekuatan otot sangkar thorax.
3. Gangguan kontrol saraf pusat.
4. Penurunan range of motion ( ROM ) sangkar thorax.
5. Penurunan elastisitas otot sangkar thorax.
Untuk membantu mengatasi gangguan respirasi, Fisioterapi memiliki sebuah teknik, yaitu Breathing Technic. Breathing technic adalah suatu cara yang dipakai untuk membantu mengatasi atau mengurangi gangguan pernafasan. Terdiri dari dua macam teknik, yaitu Breathing control dan Breathing exercise.
A. BREATHING CONTROL
Breathing control adalah suatu teknik bernafas dengan menggunakan paru sisi bawah dan menghindari atau meminimalkan penggunaan otot-otot bantu nafas ( otot dada atas dan otot-otot bahu ) sehingga diperoleh suatu kondisi yang santai ( rileks ).
Breathing control cocok dan banyak diberikan pada pasien asma atau PPOK yang sedang mengalami serangan sesak nafas. Kedua kondisi tersebut seandanya malah diberi breathing exercise justru akan menambah derjat sesak nafasnya. Hal ini terjadi karena breathing exercise akan meningkatkan kerja otot pernafasan atas dan membuatnya lelah.
Prosedur breathing control :
1. Posisi pasien santai dan nyaman, boleh duduk, half lying atau tidur miring.
2. Pasien bernafas biasa dan santai.
3. Hindari member hambatan saat bernafas. Misalnya : hindari penggunaan pursedlips breathing.
4. Beri intruksi kepada pasien secar halus dan bersuara rendah.
B. BREATHING EXERCISE
Tujuan pemberian breathing exercise adalah untuk memperbaiki ventilasi, meningkatkan kapasitas paru dan mencegah kerusakan paru.
Breathing exercise terdiri dari beberapa macam, yaitu :
1. Diafragma breathing.
Diberikan pada penderita gangguan respirasi yang sedang mengalami serangan sesak nafas. Contoh : penderita asma yang sedang kambuh. Pada saat serangan asma, otot nafas atas akan mengalami kekelahan karena bekerja keras untuk bernafas. Maka perlu diistirahatkan agar sesak tidak bertambah. Oleh karena itu penggunaan teknik ini akan membantu mengurangi serangan sesak.
Prosedurnya :
1) Bernafas dengan perut.
2) Dada dan bahu harus rileks.
3) Saat inspirasi, kembungkan perut.
4) Saat ekspirasi, kempiskan perut.
5) Terapis mengontrol dengan memegang perut dan dada pasien. Yang harus bergerak hanya perut, dada harus diam.
2. Purse lips breathing.
Diberikan pada pasien yang sedang tidak mengalami serangan sesak nafas. Contohnya : penderita asma yang sedang tidak kambuh.
Prosedurnya :
1) Posisi pasien rileks.
2) Pasien tarik nafas melalui hidung dan tahan 2-3 detik.
3) Lalu pasien diminta hembuskan nafas lewat mulut ( mulut dimonyongkan ) selama 6-8 detik.
3. Segmental breathing.
Adalah suatu latihan nafas pada segmen paru tertentu dengan tujuan melatih pengembangan paru persegmen.
Prosedurnya : Saat ingin memberikan pengembangan segmen paru tertentu, maka terapis memberikan tekanan saat inspirasi dan ekspirasi pada segmen paru yang dimaksud. Jadi tangan terapis bertindak sebagai “guiden” ( pemberi stimulus dan penunjuk arah gerakan ).
4. Glossopharingeal breathing.
Sumber : Dede Hidayat SStFt, disampaikan pada Seminar Fisioterapi tanggal 15-17 juli 2010
0 komentar:
Posting Komentar