"Wah...anak bu Andi pintar ya, ranking satu terus dan nilainya hampir selalu 100..."
Selama ini kita sepakat bahwa nilai pelajaran atau ranking selalu menjadi patokan cerdas atau tidaknya seorang anak. Banyak orang tua yang bangga anaknya selalu mendapat nilai yang bagus, dan banyak pula orang tua yang sedih jika anaknya selalu mendapat nilai yang pas-pasan atau bahkan kurang. Orang tua yang anaknya jarang mendapat nilai baik menilai kalau anak mereka kurang cerdas. namun apakah anak yang bernilai pelajaran kurang tadi memang benarbenar tidak cerdas ?? Tunggu dulu bapak atau ibu..! Sekarang ini kecerdasan sudah tidak lagi identik dengan nilai pelajaran yang tinggi atau ranking yang selalu masuk tiga besar.
Banyak di dunia ini yang menjadi bukti bahwa kecerdasan tidak musti bernilai tinggi dalam pelajaran. Contohnya saja sang raja penemu Thomas Alva Edison. Beliau merupakan penemu paling produktif dengan temuan lebih dari seribu macam yang salah satunya yang terkenal adalah listrik atau lampu pijar. Namun tahukah anda bahwasanya sang penemu ini tidak pernah lulus sekolah ? Bahkan ia tak lulus sekolah dasar. Ia tidak bisa membaca karena mengalami disleksia ( membaca huruf terbalik-balik, "b" dikira "d", "p" dikira "q" dan sebaliknya ), sehingga iapun dianggap bodoh dan gagal berkembang oleh gurunya. Tetapi siapa yang menyangka ia malah menjadi penemu terhebat.
Setiap anak itu berbeda, setiap anak itu unik, setiap anak punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jangan merasa menyesal memiliki anak yang nilai pelajarannya kurang. Coba amati apa yang menjadi bakat dan minat dari anak anda. Yang pasti mereka memiliki salah satu dari kecerdasan di bawah ini:
1. Linguistic intelligence ("word smart"):
2. Logical-mathematical intelligence ("number/reasoning smart")
3. Spatial intelligence ("picture smart")
4. Bodily-Kinesthetic intelligence ("body smart")
5. Musical intelligence ("music smart")
6. Interpersonal intelligence ("people smart")
7. Intrapersonal intelligence ("self smart")
8. Naturalist intelligence ("nature smart")
(Dr. Howard Gardner, 1983)